Investasi Bagi Pemula

Investasi Bagi Pemula

Ingatkah kita dengan ungkapan ? Si kaya makin kaya ?? Tahukah kita bahwa ungkapan tersebut bukan hanya sekedar isapan jempol belaka ? Pernahkan kita membayangkan bagaimana mereka (si kaya) memperoleh kekayaannya dan tetap mampu menjaganya agar tumbuh dan berkembang?

Ataukah pernah kita mendapatkan gambaran tentang bagaimana mereka merencanakan keuangan sehingga mampu menyingkirkan kekhwatiran akan kehidupan di masa depan ?

Tahukah kita bahwa setiap orang harus berinvestasi, dan tahukah kita dimana harus mulai dan kemana tujuan ?

Bagi kalangan umum, istilah investasi mungkin dapat membawa bobot intimidasi tersendiri ketika mendengarnya dari pihak lain. Namun pada kenyatannya adalah investasi tersebut tidak serumit yang pernah dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Investasi setidaknya dalam pandangan kami merupakan hal yang sangat mudah dipahami, kita hanya perlu mendapatkan gambaran secara umum dan mengenal beberapa istilah yang biasa digunakan dalam dunia tersebut.

Artikel ini ditujukan untuk menuangkan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut ke tengah teras rumah anda dan kami menyajikannya dalam bentuk sepraktis mungkin sehingga anda bisa menikmatinya ketika santai di pagi atau sore hari sembari menikmati secangkir kopi atau teh!.

Namun bagaimanapun, kami juga harus menekankan sedari awal bahwa investasi bukanlah sebuah ?cara cepat untuk kaya ?. Ia lebih kepada pengambilan kendali keuangan yang telah anda peroleh dengan susah payah. Dan itu tentunya memerlukan proses pembelajaran dan waktu lebih untuk bekerja. Tetapi yakinlah bahwa hasil dari upaya tersebut akan dapat melampaui jerih payah waktu dan stamina yang telah anda korbankan.

Bahkan lebih dari itu, seiring dengan tidak adanya orang yang mengetahui kondisi keuangan anda, maka tidak ada orang lain pula yang lebih tahu tentang kemana sebaiknya modal anda akan anda alokasikan. Pemahaman ini tentu kontras dengan pendapat umum dan kenyataan yang beredar di masyarakat, dimana anda biasanya diminta untuk menanamkan modal tanpa harus memiliki pengetahuan dan hanya menyerahkan kendali sepenuhnya ditangan profesional.

Dan mereka biasanya tidak mengetahui kepribadian, gaya hidup dan bidang ketertarikan anda.

Dalam sajian ini, kami berharap dapat membantu anda memahami apa itu investasi, seberapa besar potensi keuntungan yang anda peroleh melalui instrumen-instrumen yang ada. Bagaimana membangun investasi dan strategi yang harus anda ketahui sehingga anda dapat menyesuaikannya dengan diri anda.

Dengan demikian, pertanyaan aneh yang berangkat dari ketidakpahaman akan investasi akan menyingkir sendiri dari benak anda.
Sekali lagi, Nyamankan diri anda untuk membaca !

Pengertian investasi

Walaupun investasi mengandung arti yang luas yang selalu berhubungan dengan ekonomi dan keuangan, dan dikaitkan dengan keuntungan. Namun investasi tidaklah selalu berhubungan dengan segala cara untuk mendapatkan uang, sebagaimana halnya sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Misalnya: ketika seseorang membayar sejumlah biaya tertentu (sogokan) agar ia dapat dijadikan sebagai karyawan di sebuah perusahaan (negeri/swasta). Dengan harapan akan memperoleh gaji setiap bulannya dan jaminan pensiun, ia beranggapan bahwa biaya yang ia harus bayar tersebut merupakan sebuah cara lain dari berinvestasi…

Tentu bukan penggunaan seperti ini yang kita maksudkan dengan istilah investasi. Ada banyak kasus lain yang akan menyusul masuk kedalam investasi jika kita mengikutsertakan pemahaman seperti diatas.

Kita perlu memberikan batasan yang jelas tentang investasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini, untuk mendapatkan pemahaman yang sesuai, sebagaimana pengertian definisi sendiri adalah membatasi.

Investasi adalah aktifitas penempatan modal ke dalam sebuah usaha tertentu yang memiliki tujuan untuk memperoleh tambahan penghasilan atau keuntungan.

Kata-kata tambahan penghasilan atau keuntungan dalam definisi tersebut tentu cukup mewakili penjelasan dari contoh yang menyimpang di atas.

Working money

Dalam istilah yang lebih terkenal sekarang, investasi lebih terarah kepada mengaktifkan uang agar ia bisa bekerja untuk anda, bukan mengaktifkan diri anda agar anda bekerja untuk uang?.

Pendekatan ini mungkin jauh lebih sederhana dibanding yang lain.

Sebagian besar masyarakat kita hanya tahu jalan satu-satunya untuk mendapatkan uang adalah dengan bekerja. Dan ketika ingin mendapatkan penghasilan lebih setiap bulannya, maka kita juga harus mau mengorbankan waktu yang lebih pula.

Tidak ada yang salah dalam konsep ini. Hanya saja, pertanyaannya adalah seberapa banyak waktu yang mampu kita luangkan untuk mendapatkan tambahan penghasilan, mengingat ada batas yang cukup jelas tentang berapa lama perputaran jam terjadi sebelum hari esok tiba, tanpa harus mengangkat fakta bahwa penghasilan yang besar tidak akan berarti jika kita tidak memiliki waktu luang untuk menikmatinya.

Kita tidak mampu menciptakan duplikat diri kita dan mengirimnya bekerja, sehingga batasan yang diakibatkan oleh waktu dapat hilang begitu saja, bukan?

Bukan kita yang harus bekerja lebih, tetapi sesuatu yang merupakan milik kita yang harus dikirim untuk bekerja. Dan sesuatu itu adalah modal!. Kita perlu mengaktifkan modal agar ia bekerja dengan baik untuk kita. Sehingga dengan ini, kita tetap masih bisa bekerja kepada majikan kita dan modal kita dapat tetap juga bekerja kepada majikannya…

Sederhana bukan, dengan membuat uang bekerja, kita bahkan mungkin tidak akan terpengaruh akan pilihan peluang kenaikan gaji tahun depan atau mencari peluang kerja lain yang memiliki imbalan lebih tinggi.

Rencana Investasi

Ketika kita mulai secara serius memikirkan masa depan finansial, seringkali begitu banyak persoalan yang segera menghantui seluruh angan-angan kita. Sebenarnya apakah yang menyebabkan tidak tercapainya semua keinginan dan mimpi-mimpi itu ? Faktor-faktor apakah yang secara dominan menghambat untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita ? Memang tidak semua pertanyaan-pertanyaan itu akan mudah untuk dijawab, tetapi paling tidak kami ingin menyajikan satu bagian yang cukup penting, kalau tidak bisa dikatakan ‘sentral’ bagi pencapaian cita-cita keuangan.
Memang banyak hal di sekitar kehidupan kita yang tidak mudah diduga, tarnsparan ataupun kondusif untuk merencanakan keuangan masa depan. Di sisi sosial masyarakat kitapun belum terbiasa, ditambah lagi contoh dari pemerintahan yang kurang memberikan teladan yang baik, seperti keputusan senantiasa menambah utang dari tahun ke tahun serta selalu dengan mudah menaikkan berbagai kebutuhan primer seperti listrik, telepon, BBM untuk membayar utang yang semakin bertambah.
Sistem edukasi kita selama ini juga gagal memberikan jawaban yang berkaitan dengan “Bagaimana mendapatkan kebahagian dalam kehidupan?” dan “Bagaimana kita dapat menjadi kaya bukan hanya fisik tetapi juga moral?. Di sekolah kita belajar mengenai berbagai ilmu sejarah dari masa penjajahan dulu sampai bagaimana para pelopor kemerdekaan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tetapi tidak ada sekolah yang berorientasi mengajarkan kehidupan nyata, masa depan, seperti bagaimana mensiasati kehidupan untuk mencapai kehidupan tanpa kesusahan finansial?
Keadaan ini ditambah lagi oleh perilaku konsumtif yang telah mendarah daging di masyarakat kita. Orientasi masyarakat kita selalu konsumtif dan bukan produktif. Sehingga banyak orang yang tersesat serta kehilangan hak kelahirannya yaitu berupa kesenangan atau kegembiraan dan kesejahteraan.
Itulah yang menyebabkan kami tidak bosan-bosannya dan akan terus meneriakkan pentingnya pemasyarakatan pengetahuan mengenai keuangan, khususnya keuangan individu (personal finance) dalam perspektif keluarga.
Menurut hemat kami, perencanaan keuangan keluarga adalah salah satu pilar utamanya, dan perencanaan investai yang tepat dan berkesinambungan akan menjadi salah satu kuncinya.
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

Sarana dan Alasan Berinvestasi

Ada banyak cara yang dapat kita telusuri untuk melakukan investasi, termasuk dengan menanamkan dana ke sektor keuangan seperti obligasi, saham dan forex atau ke sektor riil seperti property, atau bahkan anda bisa memulai sebuah usaha sendiri dengan beragam alternatif yang ada. Keseluruhan sarana itu disebut sebagai alat investasi atau kendaraan investasi. Masing-masing dari setiap alat investasi apapun bentuknya tanpa terkecuali memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing, yang sebisa mungkin akan kita bahas dalam bab selanjutnya. Dan perlu diingat bahwa metode, sarana atau kendaraan investasi bukanlah merupakan hal terpenting. Yang perlu kita camkan sebelum berinvestasi adalah working money , tujuan kita sebelumnya. Menempatkan dana agar ia bisa memberikan penghasilan tambahan kepada kita. Walaupun hanya sekedar ide sederhana, namun ia merupakan konsep terpenting yang kita semua harus tahu.

Tujuan Investasi

Tanyakan kepada diri sendiri, apa tujuan kita melakukan investasi?Tujuan yang ingin diperjelas disini bukan dimaksudkan agar uang kita aktif bekerja seperti tujuan dasar kita sebelumnya. Tapi lebih kepada hal-hal spesifik..Apakah untuk jaminan pensiun, apakah untuk membayar tagihan bulanan, atau mengembangkan modal?Pertanyaan tersebut sebaiknya dijawab dengan mempertimbangkan beberapa faktor dibawah ini;

Pertama adalah dari sisi investor; usia, penghasilan setiap bulan dan posisi dalam strata sosial saat ini.

Kedua adalah dari sisi bidang investasinya; Keamanan modal ketika ditanamkan dan keuntungan potensial yang dapat diperoleh.

Semakin tua seseorang, maka seharusnya semakin konservatif pula tujuan investasinya. Semakin kuat kondisi keuangan seseorang, maka semakin tinggi tingkat resiko yang bisa ditanggunya, sehingga investasinya semakin agresif. Dst…

Seorang janda atau duda yang berumur diatas 60 tahun memiliki tujuan investasi yang berbeda dibanding seorang anak muda yang masih berumur 30 tahun.Duda atau janda tersebut, harus menjaga kestabilan nilai investasinya untuk bertahan hidup, sementara anak muda disisi lain, lebih memiliki potensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan investasinya. Si muda memiliki dua faktor terpenting yang mendukungnya dalam berinvestasi. ?Dewi waktu dan dewi stamina saat itu tengah berpihak kepadanya?.

Si muda bisa mencari sumber pembayaran untuk memenuhi kebutuhan hariannya dari bidang lain, misalnya dengan bekerja. Sehingga, ia dapat melakukan investasi dengan cara yang jauh lebih agresif.

Sementara bagi janda dan duda, energi mereka besar kemungkinan tidak lagi dapat dipergunakan untuk bekerja, dan sumber pembayaran lain sulit ditemukan. Sehingga Investasi bagi mereka lebih tertuju untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar tagihan-tagihan.

Tujuan investasi juga dapat berbeda antara seorang miliarder dengan pasangan muda yang baru menikah.

Si miliarder, dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungannya di tahun depan mungkin tidak akan keberatan untuk menanamkam modal sebesar 1 miliar dalam industri property. Sebab baginya sepuluh atau bahkan seratus juta rupiah bukan merupakan hal besar dibanding total kekayaannya. Sementara bagi pasangan muda, menabung, memulai kredit rumah dan membeli perlengakapan rumah tangga merupakan fokus utamanya. Sehingga mereka berdua tidak bisa menginvestasikan dana nya ketempat yang memiliki spekulasi tinggi. Alat investasi yang mengandung resiko besar tidaklah cocok untuk mereka.

Kenapa Harus Berinvestasi?

Sudah jelas bahwa makhluk yang bernama manusia menginginkan uang lebih.

Merupakan hal yang mudah dicerna bahwa manusa melakukan investasi karena mereka menginginkan kebebasan finansial, keamanan dan kemampuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginan dalam hidupnya.

Investasi saat ini telah berubah menjadi sebuah kebutuhan baru bagi masyarakat internasional, sebab, impian dengan berkerja selama lebih dari 30 tahun dan pensiun dengan dana tunjangan yang besar sulit ditemukan lagi.

Era tersebut telah punah di negara-negara industri, dan negara kita selangkah lagi akan menyusul.

Dimanapun kita tinggal, Indonesia , Malaysia , Singapura atau bahkan di negara maju, AS atau Jepang, pemerintah-pemerintah telah mulai memperketat pengeluaran mereka. Hampir tanpa kecuali, pemerintah di seluruh dunia telah mengalihkan tanggungjawab kepensiunan dari tangan negara ke tangan masing-masing individu. Dan pertanyaan tentang seberapa aman hidup kita dalam 20 atau 30 tahun kedepan, masih belum bisa di jawab dengan pasti, kecuali oleh usaha kita sendiri..

Menyerah dan membuang kesempatan begitu saja, bukanlah tindakan yang bijak. Dengan perencanaan cermat kedepan, kita masih bisa mejamin kestabilan keuangan ketika masa pensiun tiba.

Nah, sekarang kita telah memiliki gambaran yang sama tentang investasi dan kenapa kita harus melakukannya. Sudah saatnya bagi kita untuk masuk ke pembahasan selanjutnya, mengenai bagaimana harus berinvestasi..

Sedikit menjadi bukit

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit….juga merupakan sebuah ungkapan yang sering kita dengar melalui orang-orang tua dahulu.

Jika ungkapan tersebut kita terapkan kedalam konsep investasi, maka pemahaman yang paling sesuai dengannya adalah menabung. Namun esensi yang paling utama dari pernyataan tersebut adalah kecil itu memiliki arti dan peran yang besar. Kecil itu merupakan kompenen inti dari sesuatu yang besar…kecil itu indah….

Sekali lagi, konsep ini sederhana tetapi juga tidak sesederhana itu…. sebuah contoh yang nanti akan kita ulas mungkin lebih dapat menjelaskan.

Sebelumnya, baiknya kita membahas satu konsep lain di bidang keuangan sebagai pengantar kita untuk membahas contoh yang tertunda tadi.

Compound Interest

Sebuah istilah investasi keuangan, yang menurut banyak orang sebagai salah satu dari keajaiban matematika. Bahkan si jenius, Albert Enstein, pernah mengatakan bahwa compound interest adalah ?penemuan matematika terbesar sepanjang sejarah?.

Istilah ini tidak sesulit susunan hurufnya, malah karena sebegitu sederhananya, ia bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Compunding atau compound interest dapat merubah ?uang pekerja’ anda kedalam pola kerja yang indah, dan menjadi alat kuat sebagai penghasil keuntungan. Compounding adalah sebuah proses yang menghasilkan keuntungan dari sebuah aset investasi melalui tindakan investasi ulang, atau alokasi dana kembali.

Dan agar dapat bekerja, konsep ini membutuhkan dua hal dalam melakukan investasi ulang; yakni keuntungan dan waktu .

Semakin banyak keuntungan dan waktu yang kita berikan ke dalam investasi kita maka semakin tinggi percepatan potensi penghasilan yang akan kita peroleh dari nilai invetasi awal yang kita tanam.

Contoh, lebih memiliki gambaran yang jelas;

Jika kita menginvestasikan dana sebesar Rp. 100.000.000,- dengan tingkat bunga sebesar 12%, maka kita akan memperoleh 112.000.000,- tahun depan (100 juta x 1,12). Dan, jika kita tidak mengambil bunga Rp. 12.000.000,- tersebut dan mengalokasikannya kembali ke modal awal hingga tahun depan, maka kita akan memperoleh Rp. 125.440.000,- (112 juta x 1,12) di tahun kedua.

Ini berarti kita memperoleh dana lebih sebesar Rp. 1.440.000,- dibanding jika kita lebih memiliih menarik penghasilan bunga 12% di tahun pertama.

Jika perhitungan dilanjutkan hingga 5 tahun dengan asumsi sukubunga tetap, maka kita akan memperoleh jumlah sebesar Rp. 176.234.168,- dibanding dengan Rp. 160.000.000,- (+Rp.16.234.168). Tentu ini angka ini masih belum begitu mencengangkan juga.

Contoh kedua, kecil itu indah..

Budi dan Rudi berumur 30 tahun, dan mereka berencana untuk menginvestasikan dana masing-masing sebesar Rp. 100.000.000,- dengan sukubunga 12%, untuk hari pensiunnya yang direncanakan pada saat berumur 51 tahun. Budi menggunakan konsep Compounding sementara Rudi, lebih memilih mengambil bunga yang ia peroleh setiap tahunnya, untuk tambahan menambah pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Maka pada saat pensiun tiba, atau 21 tahun kemudian, ketika Budi dan Rudi sama-sama berumur 51 tahun, jumlah total investasinya akan sangat mencolok dan dengan efek yang sangat mencengangkan.

Budi pada saat itu telah memiliki dana sebesar Rp. 1.080.384.823,-, dari investasi awalnya {100.000.000 x (1,12) 21 =1.080.384.823,-}.

Bandingkan dengan Rudi yang masih tetap memiliki Rp. 100.000.000 dalam investasi tersebut.

Total pendapatan tambahan yang diperoleh Budi sebesar 980.384.823 ,- rupiah, sementara Rudi hanya mendapatkan total sebesar 252 juta rupiah, dengan selisih Rp. 728.384.823,-!!!.

Tidak hanya berhenti sampai disitu, yang menakjub kemudian adalah Budi pada masa pensiunnya akan memperoleh penghasilan dari investasi tersebut sebesar 129.646.000 rupiah setiap tahunnya. Sementara Rudi hanya 12 juta rupiah per tahun!.

Perumpamaan diatas digunakan untuk membuktikan faktor kekuatan pertama yakni bunga atau hasil keuntungan, sama halnya jika kita membandingkan dengan waktu (kekuatan compounding kedua) yang di perlukan, dan jelas bahwa semakin banyak waktu yang kita berikan bagi sebuah investasi, maka semakin besar potensi keuntungan yang kita peroleh di masa depan. Tentu akan berbeda, misalnya, jika Budi memulai investasi ketika berumur 25 tahun dibanding jika dia berinvestasi ketika berumur 30 atau 35 tahun.

Dan harus diingat bahwa: hanya dengan menginvestasikan ulang penghasilan kita dan memberikan jangka waktu-lah yang membuat konsep compounding berkerja. Dalam artian bahwa jika telah memilih untuk berinvestasi, maka kita harus siap menjauhkan tangan kita dari modal beserta bunganya.

 

Dasar Perencanaan Investasi.


Mimpi yang dapat diformulasikan menjadi tujuan keuangan yang sangat diinginkan adalah dasar utama dalam perencanaan investasi. Tujuan keuangan masa depan ini akan menjadi pendorong untuk semua strategi perencanaan investasi yang akan dijalankan. Perencanaan investasi yang kami maksudkan adalah perencanaan dengan jangka waktu seumur hidup, sehingga dalam merencanakannya janganlah keputusan yang diambil didasarkan tebakan di mana pasar dalam keadaaan terendah dan tertinggi, akan tetapi buatlah keputusan berdasarkan ‘term’ yang dipilih yaitu term yang berkaitan dengan 4 kriteria yang sangat personal:
1. Tujuan keuangan spesifik (needs and expectations)
2. Jangka waktu yang dibutuhkan (time horizon)
3. Toleransi terhadap risiko
4. Pilihan berbagai investasi berdasarkan kebijakan investasi

<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

1. Tujuan Keuangan Spesifik.
Dalam sebuah perencanaan investasi seumur hidup, yang paling utama diperlukan adalah tujuan, dengan dasar tujuan ini maka kita mulai membuat rencana dan strateginya. Menetapkan tujuan hidup tidak semudah membalikkan tangan, karena kebanyakan orang tidak memahami tujuan hidupnya, hanya ikut arus saja. Tetapi ada cara yang menurut kami dapat membantu dalam menetapkan tujuan keuangan Anda yang sekaligus menajamkan tujuan hidup. Cara ini kami kutip dari buku Personal Financial Planning Guide (Ernst & Young’s), di mana kita memakai momen hidup sebagai dasar perencanaan investasi.
Momen dalam hidup dapat diartikan sebagai kejadian-kejadian dalam hidup, baik dilakukan secara sengaja atau tidak, yang memberikan kesan dan kenangan yang mendalam, yang seringkali melibatkan titik emosional, saat kita menangis, terharu, bahagia, marah, atau tertawa.
Momen hidup itu bisa kita ciptakan, misalnya berlibur ke Eropa dengan istri dan anak-anak, saya yakin momen seperti ini bila tercapai akan menjadi kenangan selama hidup. Untuk mencapai momen hidup tersebut diperlukan dana. Sehingga apabila ingin mencapainya maka harus dipersiapkan, direncanakan dana yang diperlukan. Karena momen hidup atau tujuan tersebut mempengaruhi secara langsung terhadap kondisi keuangan keluarga sekarang dan masa depan.
Ada beberapa contoh lain momen hidup yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan investasi yang mempengaruh kondisi keuangan , yaitu:


1. Menikah
2. Memiliki tempat tinggal sendiri
3. Memiliki anak
4. Menyekolahkan anak
5. Memulai bisnis baru/merencanakan karir
6. Naik haji bagi umat Islam atau ziarah ke holy land bagi kaum Kristiani
7. Pensiun


Jadi momen-momen hidup di atas dapat diambil sebagai dasar perencanaan investasi, di manapun posisi keuangan dan usia anda saat ini. Setelah menetapkan momen-momen hidup yang ingin dicapai maka hal selanjutnya adalah menetapkan jangka waktu (time horizon) yang dibutuhkan dan berapa nilai yang ingin dicapai (rupiah) serta tingkat toleransi Anda terhadap risiko. Ketiga hal ini terkait satu dengan yang lain.

2. Jangka Waktu (Time Horizon)
Begitu tujuan spesifik yang ingin dicapai ditetapkan, hal selanjutnya adalah dengan menentukan kapan tujuan tersebut ingin dicapai? dan berapa dana yang dibutuhkan?. Jangka waktu investasi serta besarnya dana yang dibutuhkan sangat terkait langsung dengan berapa besar dana yang harus disisihkan tiap bulan atau secara berkala guna mencapai tujuan tersebut.
Semakin panjang jangka waktu investasi yang diinginkan seperti misalnya menyiapkan dana pensiun, apabila Anda berumur 30 tahun sekarang ini, maka dana yang harus disisihkan secara berkala akan lebih kecil dibandingkan dengan bila menyiapkannya saat telah berumur 40 tahun, dengan waktu pensiun yang sama di usia 55 tahun.
Keterkaitan lain adalah dengan tingkat risiko yang mungkin dapat dipilih. Apabila sejak masih muda telah menyiapkan dana pensiun maka instrumen investasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi yang tentunya berkaitan dengan tingkat risiko yang tinggi pula dapat dipilih. Mengapa? Karena dengan jangka waktu lebih panjang perubahan tingkat pengembalian (risiko) akan tetap lebih besar dengan tingkat pengembalian bunga-berbunga (compound rate) dibandingkan dengan investasi dengan tingkat risiko rendah (tingkat pengembalian rendah).
Jadi dengan menentukan jangka waktu investasi yang dibutuhkan dan besarnya dana yang ingin dicapai dapat dihitung berapa besar dana yang harus disisihkan dengan instrumen investasi yang telah dipilih secara berkala. Sebagai contoh, orang yang berusia 30 tahun dan ingin pensiun di usia 60 tahun. Maka jangka waktu investasinya adalah 30 tahun. Dana yang dibutuhkan selama Anda pensiun sebesar 2 miliar. Maka dapat dihitung besarnya dana yang harus disisihkan tiap bulannya. Dari hasil perhitungan contoh ini maka besarnya dana yang perlu disisihkan sekitar Rp. 85,750/bulan selama 30 tahun dengan asumsi bunga 20 persen. Sangat jelaslah bahwa dengan merencanakan jauh hari sebelumnya, kesejahteraan finansial akan lebih mudah dicapai.

3. Toleransi Terhadap Risiko
Penjelasan mengenai tingkat toleransi individu terhadap risiko sangat terkait dengan pengetahuan yang berhubungan resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return). Investasi akan selalu memiliki tingkat resiko yang berbanding lurus dengan tingkat pengembaliannya. Risiko dan tingkat pengembalian sudah sangat ‘biasa’ di dalam lingkungan investasi. Apabila anda menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi anda juga harus menerima tingginya tingkat resiko. Setiap individu memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda terhadap risiko, ada yang senang dengan risiko atau berani mengambil risiko atau malah ada yang takut akan risiko.
Kita harus mengenali kondisi diri sendiri, apabila seseorang menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi akan tetapi ia sendiri termasuk orang yang memiliki tingkat toleransi rendah terhadap resiko maka akan timbul konflik di dalam dirinya dalam berinvestasi. Hal ini sangat penting untuk memahami tingkat toleransi terhadap risiko, karena bila orang dalam kategori tingkat toleransi rendah terhadap risiko maka dengan menginginkan tingkat pengembalian tinggi, hal itu hanya akan mengakibatkan timbulnya strees, karena perbedaan tingkat toleransi terhadap risiko dengan tingkat pengembalian yang dinginkannya. Sehingga sesuaikan instrumen investasi dengan tingkat toleransi diri sendiri.

<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

4. Pilihan Berbagai Innvestasi


Pengetahuan dasar mengenai investasi menjadi sangat dibutuhkan dalam memutuskan untuk merencanakan investasi sepanjang hidup. Ketersedian berbagai alternatif instrumen investasi di pasar haruslah dipelajari serta dicermati guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Beberapa instrumen investasi dasar yang perlu diketahui antara lain deposito (instrumen perbankan), obligasi, saham, reksadana (instrumen perusahaan sekuritas atau pasar modal), property dan emas.

 

Deposito

adalah merupakan instrumen investasi yang paling aman serta memiliki tingkat suku bunga atau tingkat pengembalian yang terendah pula, biasanya anda dapat memulai investasi hanya dengan investasi awal sekitar Rp1 juta. Jangka waktu penempatan deposito umumnya adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

 

Obligasi, pada dasarnya adalah surat utang yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan atau institusi kepada investor dengan janji membayar bunga secara periodik selama periode tertentu serta membayar nilai nominalnya pada saat jatuh tempo. Obligasi bisa menjadi alternatif investasi jangka panjang dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari deposito. Untuk berinvestasi di obligasi, investor harus memiliki dana yang cukup besar umumnya transaksi obligasi satu perusahaan dilakukan dalam kelipatan Rp 1 miliar. Namun dewasa ini masyarakat yang ingin berinvestasi di obligasi dengan pecahan kecil bisa menyalurkan keinginannya berinvestasi di ORI ( Obligasi ritel indonesia) .Yang mana dalam hal ini pemerintah telah benar-benar menunjukkan diri sebagai pelopor atas realisasi redistribusi pendapatan kepada masyarakat kelas menengah bawah untuk ikut berinvestasi surat utang negara. Hal itu direalisasikan dengan penerbitan dan penjualan obligasi ritel Indonesia (ORI) seri 001 senilai Rp2 triliun bertenor tiga tahun (28 Juli 2006-28 Juli 2009) berbunga tetap 12,05%.

Orientasi pemerintah sangat jelas bahwa ketergantungan pinjaman luar negeri akan dikurangi dan digantikan pinjaman lokal. Apalagi surat utang pemerintah yang diterbitkan dengan keamanan 100% karena dijamin pemerintah itu khusus dihadirkan kepada pemodal kecil melalui pemecahan obligasi negara dalam satuan Rp1 juta dengan minimum pembelian Rp5 juta dan maksimal Rp50 juta.

Pemerintah melalui otoritas pasar modal dan bursa juga telah menyiapkan pasar sekunder atas obligasi ritel itu. Jadi pemegang obligasi ritel tak perlu khawatir jika ingin menjual surat utang yang dipegangnya sebelum tenggat ditentukan.

Tampak jelas keberpihakan pemerintah terhadap pemodal kecil dan sangat dikhususkan untuk pemodal dalam negeri, karena syarat pembelian adalah dengan kartu identitas kartu tanda penduduk atau surat izin mengemudi.

Tidak sedikit yang pesimistis atas ORI-001 itu dengan mempersoalkan pajak, penjatahan, rahasia identitas pembeli, sosialisasi kurang dan sebagainya. Bahkan ada keraguan tentang permindahan dana dari bank ke ORI-001.

Pemerintah meyakinkan tidak akan terjadi gejolak di perbankan. Dan pada dasarnya kalau memang ada pengalihan budaya nabung di bank menjadi membeli obligasi ritel maka malahan baik, karena mendidik masyarakat untuk memiliki budaya investasi. Toh, dana yang tertanam di bank juga masih banyak mandek di sertifikat Bank Indonesia (SBI). Hal ini akan menjadi lecutan perbankan untuk lebih kreatif. Pemerintah tampak tanggap terhadap kritik dan membuka diri bagi perbaikan dengan memberikan kejelasan atas keraguan masyarakat tentang pajak final, penjatahan dan rahasia.

Bahkan disadari waktu sosialisasi sungguh mepet.

Dan ternyata pada akhir masa penjatahan akhir pekan lalu, permintaan ORI-001 mengalami kelebihan permintaan hingga hampir Rp 3 triliun. Melihat animo yang tinggi atas ORI-001 tersebut maka dapat diproyeksikan bahwa dalam bulan mendatang ORI-001 di pasar sekunder akan berharga lebih dari 100%.

Memang sudah menjadi keharusan pemerintah mengandalkan pembiayaan lokal dan apalagi suatu pembiayaan yang melibatkan masyarakat menengah bawah melalui kepemilikan surat utang negara untuk pembiayaan APBN. Apalagi masyarakat juga tampak rindu akan kehadiran investasi yang aman-di luar produk perbankan-dengan perolehan pendapatan yang bersaing.

Saham,

adalah merupakan surat kepemilikan terhadap suatu perusahaan yang telah go public. Saham dapat diperoleh pada saat IPO (Initial Public Offering) atau di pasar sekunder. Investasi awal yang harus dikeluarkan relatif beragam, hampir berlainan di setiap perusahaan sekuritas, misal Rp. 25 juta. Investor memperoleh kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang dari laba perusahaan dalam bentuk dividen dan capital gain dari kenaikan harga saham di kemudian hari.

 

Reksadana

, adalah suatu wadah yang digunakan oleh perusahaan sekuritas untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk diinvestasikan di dalam berbagai instrumen investasi dalam suatu portofolio investasi oleh manager investasi. Reksadana merupakan instrumen investasi yang memiliki resiko yang terbatas dengan tingkat pengembalian yang relatif cukup besar.
Investasi awal dari reksadana cukup murah di mana dengan hanya Rp. 500,000 Anda sudah dapat membeli produk reksadana dengan membeli unit penyertaan dari produk reksadana tersebut.
Reksadana merupakan instrumen investasi alternatif yang sangat bagus karena memberikan beberapa manfaat bagi investor antara lain adalah akses kepada instrumen investasi seperti saham atau obligasi, pengelolaan oleh profesional manager investasi, diversifikasi investasi dengan dana relatif kecil, hasil investasi dari reksadana bukan merupakan objek pajak dan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

 

Properti, adalah investasi dalam asset tangible bisa berupa tanah atau bangunan. Masyarakat yang menginvestasikan dananya di dalam properti biasanya melihat akan banyaknya permintaan akan tanah serta bangunan di masa datang di suatu daerah. Tingkat pengembalian dari investasi di bidang properti cukup tinggi akan tetapi tingkat likuiditasnya tidak. Apabila di pasar modal instrumennya sangat likuid di mana Anda dapat menjualnya dalam waktu singkat, tidak demikian dengan properti, tingkat likuiditasnya tidak secepat investasi di pasar modal.. Tetapi sebagai instrumen jangka panjang properti merupakan investasi yang menjanjikan.

Forex

Istilah forex berasal dari Foreign Exchange yang kalau disepadankan ke bahasa Indonesia berarti Valuta Asing atau biasa disingkat dengan valas.

Jika anda membeli mata uang asing, katakanlah dolar AS, maka anda telah melakukan transaksi valas atau forex. Instrumen ini memiliki kemiripan dengan saham, karena tingkat fluktuasi dan resikonya yang cukup tinggi. Jika dibandingkan, maka forex memiliki peluang lebih besar untuk menghasilkan keuntungan atau resiko, dibanding kedua rekannya diatas. Investasi ini sangat dikenal dengan jargonnya ?high risk high return?.

Faktor lain yang membuat investasi di sektor ini sangat menarik adalah karena tingkat likuiditasnya tinggi, anda bahkan dapat bertransaksi selama 24 jam penuh tanpa harus mengikuti jadwal kerja negara-negara tertentu.

Dan yang membuatnya begitu di ?segani? oleh banyak pihak adalah karena resikonya yang tersohor tinggi.

Resiko tinggi tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sistim leverage dan margin (skala modal dan jaminan), yang paling sering digunakan hingga saat ini.
(untuk belajar ebih lanjut, lihat; forex )

Emas, sudah merupakan pilihan investasi masyarakat tradisional di Indonesia. Banyak masyarakat yang menyimpan uangnya dalam bentuk emas perhiasaan bukan saja bisa menjadi sarana investasi, tetapi juga menjadi perhiasaan yang bisa dipakai. Dengan investasi jenis ini harus mengeluarkan biaya tambahan yaitu biaya ongkos pembuatannya. Ada lagi yang investasi dalam bentuk batangan maupun investasi dalam emas yang tidak konvensional, melalui future traiding atau bursa perdagangan berjangka. Investasi di emas sangat baik dalam keadaan di mana tingkat inflasi suatu negara sangat besar seperti yang terjadi di Indonesia beberapa tahun yang lalu.
Di tahun 1993 harga emas murni 24 karat sekitar Rp 24,000 dan dit ahun 1998 harga emas melonjak sangat tinggi sampai mencapai Rp. 140,000/gram. Jadi selama masih adanya tingkat inflasi maka harga emas akan selalu meningkat.
Hal selanjutnya yang diperlukan sebelum mengambil keputusan investasi untuk masa datang adalah memahami akan kebijakan investasi. Secara umum tidak ada investasi yang paling benar dan tepat karena hal itu akan sangat tergantung dari keadaan keuangan, tolerensi terhadap resiko serta tujuan yang telah ditentukan.
Salah satu metode dalam menentukan kebijakan investasi adalah dengan melihat faktor-faktor sebagai berikut:

1. Liquidity
Dapat dicairkan dalam waktu singkat tanpa ada pengurangan inestasi awal
2. Anti inflation
Menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang
3. Capital growth
Lebih mengutamakan penambahan/perkembangan pada modal

4. Principal protection
Menhindari resiko berkurangnya modal selama masa investasi
5. Ease of management
Menghindari keputusan dan pemantauan harian
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

Dengan penjelasan ini kami ingin memotivasi atau memberdayakan keluarga agar setiap keluarga memiliki perencanaan investasi yang dinamis, berkelanjutan dan dilaksanakan secara konsisten.
Semoga dapat menambah wawasan dalam merealisasikan berbagai tujuan keuangan keluarga melalui perencanaan investasi sepanjang hidup.

MENGENAL DIRI

Mengenal diri sendiri memang merupakan masalah klasik, dan tekesan sebagai pernyataan yang menggurui. Namun dalam masalah berinvestasi, mengenal karakteristik dan menemukan strategi yang paling sesuai dengan dirinya adalah salah satu kunci utama yang menghasilkan kesuksesan.

Sebab, seluruh instrumen investasi secara teoritis dapat menghasilkan keuntungan bagi investor manapun, namun jika dilihat dari spesifikasinya yang khas, maka sebagian hanya cocok untuk beberapa katagori investor, sementara yang lain tidak.

Pembahasan kita kali ini bertujuan untuk mencari solusi yang paling sesuai dengan karakter individu, dan untuk memulainya, sebaiknya kita awali dengan mengenal tujuan investasi dan karakter investor.

Karakter investor

Setiap instrumen atau kendaraan investasi memiliki karakteristik yang berbeda dengan tingkat resiko yang berbeda pula. Sehingga seperti yang kita telah bahas sebelumnya, mengenali diri kita secara keseluruhan merupakan kunci dari kesuksesan, karena hanya dengan demikian kita mampu mencari instrumen yang sesuai dengan diri kita.

Apakah kita memiliki hobi panjat tebing, dan suka akan ketinggiannya?

Apakah kita menyukai motor/ mobil sport, dan sangat menikmati ketika memacunya dengan kecepatan penuh?

Ataukah kita lebih menyukai suasana santai ketika duduk disebuah taman, sembari membaca novel dan menikmati ketenangannya?

Gaya hidup mana yang sesuai dengan kita?

Inti dari pertanyaan diatas adalah sampai dimana batas resiko kita?

Toleransi resiko harus diketahui secara spesifik. Sebab, jika mengambil investasi dengan resiko yang melebihi batas toleransi, maka kita telah menempatkan diri dalam bahaya yang mengintai selama 24 jam. Dan kita tentu tidak mau hidup dalam serangan kekhawatiran dan stress secara konstan bukan?.

Kemudian, hal apa yang membuat kita tertarik akan sesuatu?

Salah satu karakteristik lain yang berpengaruh adalah, kertertarikan terhadap hal-hal detil dibanding sekedar mendapatkan gambaran umum saja. Sebagai contoh adalah ketertarikan terhadap riset investasi. Seseorang bisa saja lebih tertarik kepada investasi yang membutuhkan analisa mendalam, sementara yang lain hanya akan menikmati investasi dengan pengetahuannya secara umum saja tanpa harus melibatkan diri lebih dalam, atau bahkan tidak tertarik sama sekali.

Resiko

Mungkin sekarang sudah jelas gambarannya bagi kita, sebenarnya hal yang paling utama dalam menentukan investasi mana yang terbaik bagi investor adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuannya untuk menerima resiko.

Diatas kita telah membahas beberapa faktor penting yang dapat digunakan untuk menemukan batas toleransi resiko. Tetapi hal yang harus diingat sekali lagi adalah bahwa setiap individu memiliki situasi dan kondisi yang berbeda, yang belum tentu sesuai dengan pembahasan diatas.

Tentukan Pilihan Investasi Yang Sesuai Dengan Diri Anda

Dalam berinvestasi ada mereka yang berhasil tetapi ada juga yang gagal. Ada orang yang berhasil mendapatkan banyak keuntungan dan adapula yang rugi, ada yang sukses pada suatu waktu tetapi gagal diwaktu lainnya, adapula mereka yang sukses dalam jangka panjang. Apapun yang terjadi, semua itu tidak ada hubungannya dengan ‘keberuntungan’. Dan mereka yang sukses dalam berinvestasi tidak mendapatkannya secara kebetulan.

Yang membedakan keberhasilan mereka adalah pengetahuan mereka tentang aturan-aturan dasar investasi dtingkatan tetap menjalankannya dengan disiplin dan konsisten, bekerja keras, dan terus belajar dengan sungguh-sungguh.

Salah satu aturan dasar dalam melakukan investasi adalah menyesuaikan investasi dengan kepribadian dan kebutuhan Anda. Suatu hal yang mungkin kelihatannya sangat sederhana, tapi banyak orang yang salah menerapkannya. Ini adalah suatu kunci keberhasilan investasi, dimana tidak ada orang yang dapat bertahan lama menjadi seorang investor yang sukses tanpa hal ini.

Untuk menyesuaikan investasi yang ‘cocok’ dengan diri Anda ada 5 pertanyaan yang perlu Anda tanyakan pada diri sendiri :

1. Apakah yang Anda butuhkan : pendapatan atau pertumbuhan modal ?

Ada investasi yang hanya memberikan pendapatan dan tidak ada kenaikan modal (seperti : deposito) sementara itu ada yang memberikan pertumbuhan modal yang besar dan hanya pemberikan pendapatan yang kecil (seperti : saham, properti). Biasanya kedua hal tersebut berbanding terbalik.

Kebutuhan akan uang dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari menentukan pilihan investasi Anda. Contohnya, seseorang yang berusia 40 tahun dan mempunyai penghasilan yang tinggi, mungkin lebih tertarik untuk berinvestasi dalam saham yang menekankan pada pertumbuhan modal dibandingkan, seorang pensiunan mungkin lebih suka investasi dalam deposito yang memberikan pendapatan bunga setiap bulannya.

2. Berapa lama Anda akan menunggu untuk mendapatkan hasilnya ?

Ada investasi yang menawarkan hasil dalam satu bulan (seperti : deposito) dan lainnya mungkin memerlukan jangka waktu 25 tahun untuk mendapatkan hasilnya secara optimum (seperti : kehutanan, properti). Anda harus mengetahui dengan jelas jangka waktu dari investasi Anda.

Berinvestasi dengan jangka waktu yang salah hanya akan menyebabkan kerugian bagi Anda, misalnya dengan menempatkan uang yang tersedia untuk jangka waktu yang singkat dalam pasar modal.

3. Berapa besar resiko yang dapat Anda tolerir ?

Anda harus mengetahui tingkat resiko yang dapat Anda hadapi, baik secara kejiwaan maupun secara keuangan. Bila keadaan keuangan Anda solid, Anda bisa mencoba untuk berinvestasi pada yang beresiko tinggi/hasil yang tinggi. Tetapi bila kondisi keuangan Anda tidak kuat, Anda harus dapat menolak godaan untuk menggandakan uang Anda dengan mengambil resiko yang tinggi.

Usia juga menentukan, seorang yang berusia 60 tahun tentu ingin suatu investasi pada resiko yang lebih rendah dari seorang berusia 35 Tahun. Orang yang agresif yang berusia 35 tahun mempunyai waktu yang lebih panjang untuk pulih secara keuangan dari kesalahan berinvestasi, karenanya dia akan lebih siap mengambil resiko yang lebih tinggi.

Hal penting lainnya adalah sisi kejiwaan Anda. Bila anda mempunyai kecenderungan khawatir terhadap fluktuasi yang tinggi (dan membuat Anda tidak dapat tidur nyeyak di malam hari) Anda harus menjauhi investasi yang beresiko tinggi. Sisi kejiwaan penting dalam dua hal. Uang dan investasi seharusnya membuat Anda sejahtera, bukan membuat Anda gelisah. Kedua Anda tidak ingin emosi Anda (perasaan takut, serakah) yang menentukan keputusan investasi Anda. Suatu keputusan investasi hasus datang dari pemikiran yang jernih bukan berdasarkan emosi.

4. Berapa tingkat pengetahuan investasi yang Anda miliki ?

Investasi membutuhkan ketrampilan. Investasi tidak selalu membutuhkan perhitungan yang rumit, secara umum hanya membutuhkan aritmatika sederhana seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (seperti : deposito, reksa dana). Seorang investor profesional (sepeti para manajer investasi) mungkin memerlukan modul statistik yang rumit seperti dalam menghitung nilai obligasi di pasar sekunder, nilai pasar yang wajar suatu saham.

Ketrampilan lainnya yang mungkin diperlukan adalan hubungan interpersonal dan kemampuan berkomunikasi (seperti : properti). Orang yang terbaik dan paling sukses berinvestasi dalam properti adalah mereka yang punya kemampuan tinggi dalam bernegosiasi.

5. Berapa banyak waktu yang Anda dedikasikan untuk investasi Anda ?

Pilihan investasi Anda mementukan berapa banyak waktu yang Anda harus sediakan untuk investasi tersebut. Biasanya investasi dalam saham memerlukan waktu yang cukup besar (kecuali Anda membiarkan orang lain mengelolanya untuk Anda) dibandingkan dengan menaruh uang dalam deposito.

Banyak orang harus menghitung nilai dari waktu mereka. Bila Anda mempunyai penghasilan yang tinggi sedangakan Anda melakukan investasi yang membutuhkan banyak waktu untuk dapat menjaga nilai investasi Anda dengan baik, mungkin lebih menguntungkan bagi Anda untuk membayar pihak lain yang dapat melakukannya dengan baik (seperti manajer investasi) sementara Anda tetap bekerja (dimana Anda tetap mendapatkan penghasilan Anda seperti biasa). Dari data-data diatas, sudahkah Anda melakukan investasi yang sesuai dengan diri Anda?

Perbedaan Strategi dalam Investasi

Seperti yang telah kita kemukakan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa investasi berkaitan erat dengan ekonomi dan keuangan. Tidak ada yang meragukan bahwa kedua bagian pengetahuan tersebut dikatagorikan sebagai ilmu sosial atau umumnya dikenal dengan soft science, yang memiliki perbedaan signifikan dengan saudaranya hard science seperti Matematika, fisika dan kimia.

Dalam ilmu alam atau hard science terdapat tolok ukur yang tersusun rapi dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan uji coba di dalam sebuah laboratorium, dan berlaku hampir sepanjang waktu. Tidak demikian halnya dengan ilmu sosial, ilmu ini mustahil bisa kita buktikan kebenaran teorinya dalam sebuah eksperimen laboratorium. Setiap orang bisa mengembangkan sebuah ? gaya ? baru dalam menjalankan roda perekonomian, dan memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di dalamnya. Dan setiap teori yang dikembangkan tersebut dapat bekerja dan menghasilkan sukses secara bersamaan, namun kesemuanya tidak akan mampu membawa teori mereka kedalam lab untuk unjuk uji kebenaran.

Objek utama dari ilmu sosial adalah manusia. Memiliki kehendak bebas sendiri, berkembang biak dan berfikir dengan polanya masing-masing.

Seorang ahli kejiwaan tidak mungkin mampu menebak secara akurat tindakan apa yang akan diambil oleh manusia jika ia ditempatkan dalam situasi-situasi tertentu. Sama halnya ke-hampir mustahil-an seorang analis finansial atau analis pasar untuk memperkirakan harga 100% akurat ketika dirilisnya berita ekonomi yang memiliki efek besar ke pergerakan.

Sebut saja jika di kumpulkan beberapa ahli dalam bidangnya masing-masing dan kita minta untuk memberikan pandangan tentang pasar, bagaimana ia bergerak dan mengapa demikian, maka baik kalangan ilmuan; ekonom dan analis atau pelaku; investor individu dan lembaga akan memberikan penjelasan yang berbeda bahkan satu sama lain dapat bertentangan.

Pendapat yang mereka berikan adalah sesuai dengan pemahamannya masing-masing dan didasari oleh latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda, tidak ada yang murni benar.

Ambil sebuah contoh dari dua profil Budi dan Rudi kita sebelumnya tentang bagaimana kondisi ini terjadi;

Budi ketika berinvestasi di saham, berpendapat bahwa perusahaan yang sahamnya layak dibeli adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan potensial di masa depan. Dalam kondisi apapun saat ini saham perusahaan tersebut akan di beli oleh Budi.

Sementara Rudi lebih menyukai cara lain. Ia memilih untuk menunggu harga saham yang memiliki kinerja baik untuk mengalami penurunan terlebih dahulu, sehingga ia bisa membelinya dengan harga murah.

Ketika berinvestasi di forex market, Budi juga melakukan hal yang sama, ia akan membeli mata uang yang negaranya memiliki potensi pertumbuhan baik di masa depan. Dan Rudi juga akan melakukan hal yang sama, namun terlebih dahulu menunggu harga mata uang tersebut undervalue , baru kemudian melakukan pembelian.

Tidak ada cara yang benar atau salah dari kedua cara rekan kita diatas. Mereka hanya berbeda strategi walaupun sedikit terkesan saling bertolak belakang.

<!–[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>

<!–[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]–><!–[if !vml]–> <!–[endif]–>

Keduanya dapat menikmati kesuksesan dengan caranya masing-masi

Planing Investasi menurut usia

Seringkali kita berpikir dan bertanya kapan saat yang tepat bagi kita untuk berinvestasi, apakah harus menunggu setelah memperoleh kenaikan gaji, apakah setelah memperoleh bonus di akhir tahun, apakah pada saat harga saham sedang rendah, dan berbagai macam apakah lainnya. Seseorang yang baru saja lulus kuliah dan memperoleh pekerjaan pertamanya akan berpendapat bahwa gaji yang diperolehnya masih sangat kecil dan akan habis untuk keperluan sehari-hari, perjalanan karirnya masih panjang sehingga tidak perlu menyisihkan sebagian uangnya untuk diinvestasikan. Menginjak usia tigapuluhan pola kehidupan mulai berubah karena keputusan menikah dan memiliki anak berdampak sangat besar pada pola belanja untuk jangka waktu yang panjang. Apabila di periode sebelumnya belum dilakukan perencanaan keuangan, maka di usia empatpuluhan akan sulit mengejar ketertinggalan.

Berinvestasi sedini mungkin adalah pemecahan yang paling bijak dalam perencanaan keuangan keluarga, tidak peduli berapa usia kita atau kita merasa bahwa uang yang kita miliki masih sedikit dan selama ini habis tidak tersisa karena digunakan untuk membiayai keperluan sehari-hari. Apabila kita sudah berusia empatpuluhan, masih ada waktu untuk mengejar ketinggalan selama dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan ekstra disiplin. Ingatkan diri kita bahwa berinvestasi adalah salah satu keputusan strategis yang harus dilakukan oleh setiap orang, karena di masa yang akan datang banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus kita biayai, dan juga karena banyak hal-hal yang tidak pasti yang akan kita hadapi di perjalanan hidup kita.

<!–[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>

Untuk memperoleh aktiva bersih sebesar Rp 1 milyar di usia 55 tahun, semakin muda usia awal berinvestasi semakin kecil nilai investasi rutin per bulannya, sebaliknya semakin tua usia awal berinvestasi akan semakin besar nilai investasi rutin setiap bulannya.

Catatan: investasi rutin setiap bulan dengan tingkat bunga bersih 10% per tahun.

USIA 25-35, KARIR PERTAMA SETELAH LULUS KULIAH

Anda baru saja memulai karir setelah lulus kuliah, dan mulai memperoleh uang hasil keringat sendiri. Yang menjadi prioritas utama anda dalam jangka pendek adalah melepaskan diri dari ketergantungan orang tua atau keluarga yang selama ini membiayai biaya kuliah dan uang saku. Tetapi di lain pihak anda akan menghadapi godaan dalam pola pengeluaran, tawaran pembukaan kartu kredit mulai berdatangan, ‘hang-out’ di coffee shop yang sudah mulai bertebaran di penjuru kota, bepergian di akhir minggu atau membeli pakaian, serta berbagai macam kegiatan konsumtif lainnya. Berhati-hatilah dengan gaya hidup anda, setiap Rp 100 ribu yang anda belanjakan sekarang untuk sesuatu yang tidak perlu telah membuat anda kehilangan kesempatan memperoleh pertumbuhan minimal 2,5 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun mendatang dan 6,7 kali lipat di 20 tahun mendatang. Coba teliti kembali pengeluaran anda selama 6 bulan terakhir, anda akan terkejut menemukan banyak sekali daftar pengeluaran yang tidak perlu dengan nilai yang relatif kecil untuk setiap pengeluarannya, namun jika digabungkan menjadi sangat besar nilainya.
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–><!–[endif]–>

Lima sampai dengan sepuluh tahun yang akan datang kemungkinan anda akan membeli kendaraan, menjalin hubungan yang serius dan melangkah ke jenjang perkawinan dengan pasangan anda, memiliki anak, dan berlibur secara rutin paling tidak sekali setiap tahunnya. Dengan membeli kendaraan artinya anda harus membayar pajak STNK setiap tahun, membeli bahan bakar secara rutin, dan melakukan servis kendaraan secara berkala. Jangan lupa nilai kendaraan tidak akan bertambah, bahkan menyusut dari waktu ke waktu… Menikah adalah akhir dari penjajagan untuk hidup bersama, tetapi baru saja menjadi awal dari mulainya hidup bersama, dan akan semakin mendorong anda untuk hidup mandiri dan segera pindah dari ‘perumahan mertua indah’ menuju ‘rumah kita sendiri’. Artinya, anda harus mengisi ruangan-ruangan di rumah anda dengan perabotan, peralatan dapur, televisi, membayar listrik, membayar telepon, dan mungkin membayar gaji pembantu.

Selanjutnya, memiliki anak. Pikirkan hal ini, biaya yang akan muncul sebelum memiliki anak; biaya rutin pengecekan oleh dokter kandungan dan biaya dokter dan rumah sakit pada saat melahirkan. Biaya yang muncul sampai dengan melahirkan rasionya sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan muncul setelahnya sampai dengan sang anak besar dan mandiri nanti pada saat usianya menginjak 20 tahunan.

Susun Rencana Investasi Anda

Anda yang baru memulai karir dan memperoleh pekerjaan pertama sangat membutuhkan likuiditas untuk membiayai kehidupan rutin, besar kemungkinan kelebihan dana yang anda miliki sangat terbatas, sehingga belum memenuhi syarat minimum untuk berinvestasi di pasar modal, termasuk reksa dana. Anda tak perlu berkecil hati, buka rekening tabungan yang terpisah dari rekening keperluan rutin anda, kumpulkan sampai dengan jumlah minimal investasi awal di reksa dana pasar uang yang akan anda kembangkan sampai dengan jumlah minimal uang muka Kredit Pemilikan Mobil (KPM) atau Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Apabila kelebihan dana cukup memadai, mulailah berinvestasi untuk jangka panjang secara rutin untuk persiapan pembiayaan pendidikan anak-anak anda dan pensiun nanti. Instrumen investasi yang cocok adalah Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran, dapat juga berupa unit linked product yang merupakan campuran antara investasi dan asuransi.

Anda sangat disarankan untuk mendaftar menjadi anggota dana pensiun, apabila perusahaan anda tidak menyediakannya anda dapat mendaftarkan diri anda pada dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang sudah mulai marak kberadaannya.
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

USIA 35-45, USIA EMAS

Di kelompok usia ini pada umumnya karir seseorang berada pada posisi middle manager sampai dengan posisi yang senior. Perusahaan tempat anda bekerja mungkin sudah menyediakan fasilitas kesehatan dan anda sudah menerima 1 atau 2 jenis tunjangan sesuai dengan jabatan. Anda mungkin sudah memiliki kendaraan untuk menunjang mobilitas anda dan keluarga.

Anak-anak anda mungkin berada pada usia balita sampai dengan belasan tahun. Dalam beberapa tahun mendatang, mereka akan masuk ke sekolah dasar, menengah, dan juga universitas. Pengeluaran di kurun usia ini meningkat drastis dibandingkan dengan kurun usia sebelumnya, karena jumlah orang yang ditanggung bertambah dan jenis pengeluarannyapun bertambah pula.
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–>
<!–[endif]–>

Susun Rencana Investasi Anda

Untuk memenuhi pengeluaran tersebut yang mungkin akan terjadi 5-10 tahun mendatang, anda perlu menginvestasikan sebagian dana anda pada instrument pasar modal, misalnya reksa dana berbasis saham dan/atau obligasi.

Di kurun usia ini pula anda sebaiknya tidak lagi menunda-nunda alokasi investasi untuk persiapan pensiun anda. Semakin dini anda mempersiapkan dana untuk pensiun nanti, semakin besar kesempatan untuk memperoleh pertumbuhan yang maksimal. Instrumen pasar modal, khususnya reksa dana saham, adalah alternatif yang tepat bagi anda yang melakukan investasi secara rutin, misalnya setiap bulan, karena tidak memerlukan dana yang besar dan proses untuk melakukan investasi pun sangat mudah.

<!–[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>

Statistik menunjukkan bahwa dalam jangka panjang berinvestasi di saham memberikan kinerja yang lebih baik dibadingkan di SBI atau deposito.
Grafik di atas menunjukkan kinerja saham secara gabungan di Bursa Efek Jakarta (yang dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan) dibandingkan dengan kinerja SBI sejak Desember tahun 2000 yang lalu.

Selain berinvestasi di instrument pasar modal, di kurun usia ini anda sangat disarankan untuk memiliki asuransi pendidikan dan asuransi jiwa sebagai proteksi bagi keluarga yang anda cintai dan sayangi apabila terjadi sesuatu yang menyebabkan anda meninggal dunia. Anda juga butuh asuransi kesehatan dan ‘disability insurance’ untuk berjaga-jaga untuk membayar biaya medical (dokter, rumah sakit, obat-obatan), apabila kesehatan anda secara signifikan terganggu, dan membuat Anda tidak produktif lagi secara finansial.

Bagi anda yang memiliki kelebihan dana dan tidak memerlukannya dalam waktu beberapa tahun ke depan, anda dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di property, seperti apartemen, perumahan, ruko, atau rukan. Investasi di sektor property memerlukan kejelian dalam memilih lokasi dan harga. Perlu diingat, exit atau keluar dari investasi di sektor ini tidak semudah investasi di pasar modal.

USIA 45-55, USIA MATANG

Di kurun usia ini mungkin anda adalah salah satu dari relatif sedikit orang-orang yang menduduki puncak karir. Atau mungkin anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menduduki posisi senior di tempat anda bekerja. Siapapun anda dan apapun posisi yang dipercayakan kepada anda, kurun waktu usia ini adalah saat-saat terakhir untuk mempersiapkan pensiun anda karena tidak lama lagi anda akan segera menghampiri dan sampai pada usia pensiun.

Susun Rencana Investasi Anda

Kini saatnya untuk mengalokasikan seoptimal mungkin penghasilan yang anda peroleh ke instrumen investasi pasar keuangan, antara lain obligasi, saham dan reksa dana saham. Apabila anda termasuk sebagai tipe risk taker, anda dapat melakukan investasi langsung di saham-saham pilihan anda dan memperdagangkannya secara aktif untuk mempercepat pertumbuhan investasi. Berhati-hatilah memilih broker saham atau obligasi, anda perlu melakukan kajian mengenai calon-calon broker yang akan anda gunakan. Apabila anda tipe investor yang konservatif-moderat, batasi investasi anda pada instrumen yang tidak terlalu volatile, sehingga anda dapat mencapai nilai target pensiun anda. Reksa dana saham dan reksa dana campuran adalah alternatif instrument investasi yang patut untuk anda pertimbangkan. Berhati-hatilah dalam memilih Manajer Investasi.

USIA 55 DAN SETERUSNYA, MENIKMATI MASA PENSIUN

Kini anda telah mulai secara resmi menjalani pensiun, tetapi pada dasarnya anda masih enerjik dan produktif. Namun, sebagai seorang pensiunan pengeluaran anda mungkin turun secara signifikan dibandingkan sebelum pensiun, tetapi di lain pihak pendapatan anda juga mengalami penurunan, karena anda sudah tidak lagi menerima kompensasi gaji dan tunjangan dari perusahaan. Anda kini mulai bergantung pada portofolio investasi anda untuk membiayai keuangan rutin anda. Hal yang menggembirakan adalah anda sudah tidak lagi membayar cicilan KPR, anak-anak anda saat ini mungkin sudah duduk di perguruan tinggi dan secara umum biayanya tertutupi oleh asuransi pendidikan yang telah anda lakukan secara rutin pada saat anda berusia 35-45 tahun.

Susun Rencana Investasi Anda

Apabila anda masih bekerja, maka biaya hidup anda dapat ditutupi oleh penghasilan yang anda peroleh, sementara portofolio investasi anda masih terus bertumbuh. Saatnya anda melakukan switching dari portofolio yang volatile ke portofolio yang konservatif-moderat dan memberikan penghasilan secara rutin. Reksa dana pendapatan tetap, khususnya yang berbasis Surat Utang Negara dan obligasi korporasi dengan peringkat tinggi, dan reksa dana pasar uang adalah alternatif investasi yang dapat anda pertimbangkan untuk dilakukan, karena menghasilkan bunga secara berkala dan volatilitasnyapun relatif rendah.
<!–[if !supportLineBreakNewLine]–><!–[endif]–>


Psikologi dan investasi

Mengembangkan sebuah perencanaan investasi termasuk langkah yang sulit, akan tetapi terus berjalan dalam perencanaan yang telah ditetapkan jauh lebih berat. Kebanyakan investor sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu tamak (greed) dan takut (fear). Bila pasar sedang bergejolak, investor jadi takut. Bukannya menjual pada saat harga sedang naik malah menjual saat turun.

Mereka melakukan hal tersebut karena mereka manusia dan mereka juga kurang memiliki ketetapan hati dalam melaksanakan perencanaan yang telah dibuat atau malah tidak memiliki perencanaan investasi sama sekali. Kita sering kali mengambil keputusan berdasarkan emosi semata. Hal ini bisa merusak investasi yang telah dilakukan.

Tamak (Greed)

Sifat Pertama adalah Tamak (Greed). Sering terjadi, akibat ingin buru-buru mendapatkan keuntungan besar, investor lupa untuk berpikir rasional dan bertindak berdasarkan ‘naluri’ yang ternyata lebih bersifat emosional. Misalnya, saat IHSG meningkat dari level 400-an dan untuk pertama kalinya kembali menembus ke level 700-an, banyak investor baru terangsang emosi tamaknya. Saat itu, melihat banyak rekan atau tetangga mereka mendadak bisa beli mobil baru karena investasi di saham, para investor lugu tersebut tanpa pikir panjang langsung ikutan beli saham. Sayangnya, tak lama setelah mereka beli saham, IHSG justru menurun.

Apa jadinya? Karena kurangnya pengetahuan serta pola investasi yang sesuai bukan keuntungan yang didapat, melainkan kerugian. Maunya untung malah buntung.

Investor sangat dipengaruhi oleh informasi seputar performa sebuah investasi. Keputusan untuk mendapatkan keuntungan didasari oleh performa masa lalu sebuah investasi. Seperti kita ketahui, “past performance is no guarantee of future results” . Mungkin pada masa tersebut sebuah sektor yang dipilih oleh manajer investasi memberikan keuntungan yang tinggi. Begitu Anda mulai melihat pertumbuhan dari investasi tersebut Anda baru masuk. Namun, setelah beberapa waktu, sektor tersebut mulai melemah dan malah merugi.

Ekspektasi yang berlebihan

Karena investor merasa sangat tamak, hal ini bisa mengakibatkan Anda menjadi sangat mengharapkan sesuatu diluar kebiasaan tentang risiko investasi maupun keuntungan investasi. Menabung menjadi kurang dan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang diinginkan karena Anda mengharapkan keuntungan invetsai yang tidak realistik. Bila harapan Anda tidak terwujud Anda harus mencari alterntif investasi lain yang mungkin saja lebih tidak realistik, dengan harapan dapat mengejar kekurangan yang selama ini terjadi.

Takut (Fear)

Saat IHSG mulai menurun (lanjutan cerita diatas), pendulum emosi para investor baru tersebut beralih dari tamak menjadi Takut (Fear). Akibatnya mereka beramai-ramai keluar dari pasar. Jadi yang mereka lakukan bukannya beli murah jual mahal, melainkan beli mahal, jual murah, alias rugi.

Timbul rasa takut dikarenakan adanya potensi kerugian. Banyak research yang mengatakan bahwa kita lebih membeci kehilangan atau kekalahan dari pada kita mencintai kemenangan. Mengikuti perkembangan portfolio atau investasi yang Anda miliki setiap saat bisa sangat membahayakan. Seperti halnya bila Anda menginvestasikan dana di saham. Bila Anda mengikuti perkembangan setiap saat, bila kecenderungan pasar lagi turun, Anda terangsang untuk menjual saham yang Anda miliki. Karena informasi yang diperoleh hampir setiap hari, seringkali sulit untuk tetap bertahan di keputusa yang telah ditetapkan sejak semula.

Dalam hal monitoring investasi yang telah Anda alokasikan dan tempatkan akan lebih baik bila Anda melihat setiap 6 bulan atau 3 bulan sekali. Hal ini bisa mungurangi keinginan Anda untuk menjual (karena perubahan sesaat) saham-saham atau investasi yang dimiliki.

Bagaimana mengatasi hal ini?

Untuk menanggulangi emosi yang menghambat investasi Anda, langkah pertama adalah dengan melakukan otomatisasi menabung (menabung dengan memotong secara otomatis setiap bulan dari pendapatan) yang Anda lakukan sehingga tetap berjalan di perencanaan yang telah ditetapkan dan ada tiga tindakan yang sebaiknya dipertimbangkan, Dollar Cost Averaging, Rebalancing (membalance alokasi portfolio) dan Simplifiying (dibuat simpel).

Dollar cost averaging

Perencanaan keuangan keluarga merupakan perencaaan yang berkesinambungan. Dibutuhkan disiplin dan motivasi yang kuat guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan keterbatasan pendapatan yang diperoleh setiap bulan, sangat dianjurkan bagi keluarga untuk memulai menyisihkan dana untuk tujuan keuangan sedini mungkin. Penempatan dan alokasi dana dilakukan secara reguler setiap bulan sesuai kesanggupan keuangan keluarga. Pola investasi ini biasa disebut dengan dollar cost averaging (DCA).

Berikut ini ilustrasi DCA untuk penempatan dana di bursa saham. Konsep DCA ada hubungannya dengan diversifikasi. Para investor di bursa saham berdiversifikasi dengan menanamkan uang tak hanya pada satu saham, tapi menyebarkannya pada banyak saham di pelbagai sektor. Gagasannya: bila satu sektor sedang lesu, mungkin sektor lain bisa mengompensasinya.

Diversifikasi seperti ini sudah lazim dan dikenal banyak orang. Masalahnya, bagaimana jika semua sektor—atau dengan perkataan lain pasar saham—kebetulan pada waktu tertentu sedang merosot? Dalam situasi ini, diversifikasi seperti itu tidak bisa berbuat banyak. Salah satu cara yang pasti ampuh untuk menghindari kerugian akibat merosotnya pasar saham adalah jangan berinvestasi di saham. Memang, dengan tidak berinvestasi di pasar saham berarti tak mengalami kerugian, tapi Anda juga tak akan mengalami keuntungan kalau pasar meroket seperti yang terjadi mulai pertengahan tahun 2003 sampai awal 2004.

Lalu, mesti bagaimana? Jangan khawatir, masih ada harapan. Ada satu jenis diversifikasi lagi yang dapat mengurangi risiko kerugian akibat kemerosotan pasar saham. Konsep yang satu ini bukan diversifikasi biasa, namanya diversifikasi waktu. Konsep aslinya sering disebut DCA.

Misalkan Anda punya uang Rp 1 miliar untuk diinvestasikan dalam bentuk saham. Berdasarkan hitungan rasio harga-pendapatan (price-earning ratio: PER) dan harga-nilai buku (price-to-book value: PBV), Anda pikir saham-saham di Bursa Efek Jakarta kini relatif murah. Kalau pasar meningkat pesat dalam tempo 1—2 tahun, return yang akan diperoleh bisa sangat besar.

Kendati begitu, dalam jangka pendek Anda masih ragu dengan naik-turunnya pasar. Ada kemungkinan pasar masih melorot sejenak sebelum tinggal landas. Kalau uang Rp 1 miliar ini diinvestasikan sekarang dan ternyata pasar merosot, bisa runyam. Sebaliknya, kalau investasi ditunda dan ternyata pasar segera menguat, Anda ketinggalan kereta dan terpaksa gigit jari. Pendeknya, baik masuk terburu-buru maupun menunggu terlalu lama sama-sama bisa membuat Anda menyesal.

Alternatif konservatif untuk menghindari penyesalan itu adalah dengan menginvestasikan uang Anda secara bertahap, misalnya Rp 100 juta tiap bulan selama 10 bulan. Sambil menunggu, uang yang belum diinvestasi bisa dititip di broker dengan bunga setingkat bunga deposito (tentu saja hal ini harus dikonfirmasi dan dinegosiasikan dengan broker Anda). Dengan cara begitu, bila pasar masih menurun Anda tak akan terlalu menyesal masuk saat pasar masih relatif tinggi. Serupa dengan itu, bila pasar mulai meningkat, Anda juga tak terlalu menyesal terlambat masuk pasar.

Manfaat lain dari DCA: dengan membeli sedikit-sedikit, order belinya tak membuat harga naik. Bayangkan bila seorang investor punya uang Rp 1 triliun yang sekaligus diinvestasikan dalam satu hari. Order beli tersebut tak akan bisa dipenuhi tanpa menyebabkan harga saham naik untuk sementara, terutama bila saham-saham yang dipesan kurang likuid (nilai transaksi normal per harinya hanya sedikit).

DCA juga berlaku bila Anda berencana menginvestasikan sebagian penghasilan Anda setiap bulan secara teratur. Untuk investasi yang relatif sedikit, Anda dianjurkan menggunakan sarana investasi reksadana. Dengan menggunakan reksadana, investasi Anda telah terdiversifikasi dalam banyak saham yang dimiliki oleh reksadana itu. Jadi, diversifikasi saham didelegasikan kepada reksadana, sementara diversifikasi waktu langsung Anda kendalikan sendiri.

Diversifikasi waktu melalui DCA memerlukan disiplin dan horison investasi jangka panjang. Dengan mengabungkan otomatisasi pemotongan dana untuk tabungan, dan pola DCA, potensi tujuan yang diinginkan dalam jangka panjang menjadi meningkat. Dalam banyak hal—termasuk investasi—tanpa perencanaan, disiplin, dan kesabaran sulit untuk mencapai hal yang Anda idam-idamkan.

Rebalancing & simplifying

Merancang ulang target alokasi porfolio yang Anda miliki sehingga sesuai dengan investasi yang telah ditetapkan disebut dengan rebalancing. Reblanacing ini bisa dengan membeli saham atau obligasi bila terjadi perubahan harga. Misalkan dari total investasi yang Anda miliki, Anda mengalokasikan 20% di saham. Karena pasar modal sedang naik, nilai total investasi di saham jadi meningkat, yng tadinya persentasinya hanya 20% menjadi 30% dari toatl investasi. Sehingga Anda befikir untuk mengubah alokasi portfolio seperti semula yaitu dengan menjual sebagai saham yang dimiliki dana dibelikan obligasi atau investasi pasar uang.

Coba untuk menjadi investasi yang Anda lakukan semudah dan sisimpel mungkin. Hindari investasi yang mengharuskan Anda untuk mengambil terlalu banyak keputusan. Tempatkan investasi dalam bentuk reksadana karena produk ini banyak memberikan keunggulan seperti ases ke berbagai instrumen investasi, tingkat likuiditas yang tinggi, dikelola oleh manajer investasi profesional dan lain-lain.

Demikianlah penjelasan kami seputar emosi dalam pengambilan keputusan investasi. Kenali berbagai emosi yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam berinvestasi dan coba untuk emgatasinya dengan menetapkan perencanaan dan melakukan ketiga tindakan dalam jangka panjang. Hal ini akan meningkatkan potensi pencapaian tujuan yang selama ini diidamkan

WISDOM untuk proses perecanaan keuangan

Pepatah bijak mengatakan bahwa WISDOM adalah awal dari keberhasilan. Di tangan kanannya ada panjang umur dan di tangan kirinya ada kebahagian, dan jalannya menuju pada kemakmuran.

SECARA umum proses sebuah perencanaan keuangan keluarga yang didapat di buku-buku personal finance mencakup enam langkah utama. Dalam pembahasan kali ini, kami akan menggunakan kata WISDOM sebagai singkatan untuk mempermudah mengingat langkah perencanaan keuangan tersebut.

Huruf pertama W adalah singkatan dari Watak. Artinya, kenali situasi dan kondisi keuangan Anda saat ini. Huruf kedua I adalah singkatan dari Ingin. Artinya, tentukan tujuan keuangan Anda di masa depan. Huruf ketiga S adalah singkatan dari Siasat. Artinya, setelah kita tahu kondisi saat ini dan tujuan di masa depan, kita perlu merancang strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini. Huruf keempat D adalah singkatan dari Didik. Untuk mencapai tujuan masa depan melalui strategi yang disusun, kita perlu memperlengkapi diri kita dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap baru yang mungkin sekali belum kita miliki saat ini. Jadi, kita perlu belajar.
Huruf kelima O adalah singkatan dari Otak / Otot. Artinya, kita perlu melaksanakan strategi yang telah disusun dengan bekerja cerdas dan keras untuk mencapai tujuan tersebut. Huruf keenam M adalah singkatan dari Manajemen atau Monitor. Artinya, kita perlu mengelola sumberdaya yang kita miliki dan memantau pencapaian hasil dibandingkan rencana semula.

Berdasarkan WISDOM tersebut, proses perencanaan keuangan keluarga dapat dibagi menjadi enam langkah utama. Pertama, pembuatan catatan keuangan keluarga (termasuk catatan kekayaan dan arus), untuk mengetahui kondisi keuangan saat ini. Kedua, penentuan tujuan keuangan keluarga secara spesifik dan realistik. Ketiga, penyusunan rencana strategi untuk mencapai tujuan bertolak dari kondisi saat ini. Keempat, pembelajaran untuk melengkapi diri dengan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan sikap (attitude) yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi.

Kelima, pelaksanaan rencana strategi dengan bekerja keras dan bekerja cerdas. Keenam, pemantauan dan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki agar tetap pada jalur rencana semula, atau melakukan penyesuaian / perubahan bila rencana semula dirasa tidak lagi sesuai dengan kondisi. Keenam langkah tersebut akan dibahas satu persatu dalam uraian berikut ini.

KESIMPULAN

Investasi adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari perjalanan hidup setiap orang, mulai dari usia muda sampai dengan lanjut usia nanti.

Pengeluaran di usia muda umumnya tinggi dan sulit untuk menyisihkan sebagian dana untuk ditabung atau diinvestasikan. Tetapi jika anda dapat memulai investasi di usia muda, maka anda akan memperoleh hasil investasi yang sangat tinggi di dalam jangka panjang.

Dengan mempelajari pendekatan tahap-tahap kehidupan, anda akan dapat melakukan penilaian (assessment) terhadap kondisi keuangan anda saat ini dan merencanakan keuangan anda untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran di masa yang akan datang.

Agar anda selalu ‘on-track’ di dalam perencanaan keuangan dan implementasinya, anda sangat disarankan untuk selalu memperoleh informasi dari media-media yang ada serta Manajer Investasi dan/atau Perencana Keuangan untuk membantu mengelola keuangan anda.

1 Response so far »

  1. 1

    Matheus Arief Yudanto said,

    nice nice nice


Comment RSS · TrackBack URI

Leave a comment